who's this person?

Selasa, 10 Mei 2011

Ketika saya tidak diinginkan…


Masa SD saya memang gemilang dan membanggakan. Tapi seperti kata orang, tidak selamanya posisi kamu di atas. Kadang kamu juga harus merasakan gimana pahitnya diposisi bawah.

Bisa dibilang kelas lima adalah masa kejayaan saya. Dengan prestasi, eksistensi, dan kepercayaan diri, saya mampu mendapatkan teman yang manapun yang saya inginkan. Bahkan tak jarang saya diperebutkan, kalau saya main saya Ani, Ina akan cemberut merasa disisihkan. Kalau saya main sama Cici, Mini akan jutekin Cici. Saya kadang jalan digandeng sama dua orang sekalian. Sebelah kanan digandeng Ani, sebelah kiri digandeng Cici. Dibelakang teman2 yang lain mengikuti. Tapi hal itu tak selamanya terjadi!

Terbukti waktu kelas enam…#mata menerawang, fikiran mengambang, meninggalkan masa kejayaan..
Abang saya yang preman sudah masuk SMP, jadi saya sudah tidak punya backingan lagi. Kepala sekolah yang selalu menganakemaskan saya sudah pindah, guru saya pun sudah berganti.

Guru kelas enam saya sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia sama sekali tidak menganggap saya istimewa. Meskipun saya ketua kelas, saya tidak diizinkan memukul meja pakai penggaris lagi untuk menenangkan kelas,” kamu bikin kuping saya sakit!” katanya.

Saya benar-benar kecewa dan tidak suka dengan guru yang satu ini, kekuasaan saya seperti dirampas! Saya juga tidak jadi asisten guru lagi, saya benar2 disamaratakan. Huh!
Entah karena sadar bahwa saya sudah tidak punya kekuasaan lagi di kelas, satu persatu teman2 saya pergi. Tidak ada lagi yang memperebutkan saya, bahkan Cici yang biasanya mentraktir saya jadi mentraktir orang lain. Ah, saya kehilangan sumber devisa!

Bukan cuma itu, saya sering sekali dijahili. Saya gak ngerti deh! Emangnya dulu saya jahat apa sama mereka? Saya kan Cuma arogan dan besar kepala, bukan jahat dan suka menindas orang lain !

Suatu hari saya benar2 depresi, tidak ada yang mau berteman dengan saya. Kalau saya menghampiri geng anak2 cewek, mereka langsung pergi. Sering saya menemukan batu di dalam tas saya. Pantesan aja tiba2 tas saya jadi berat! Keterlaluan!
Tapi yang lebih keterlaluan lagi, tiba2 kepala saya jadi gatal bukan main! Waktu ibu saya inisiatif berburu di kepala saya, beliau menemukan kepala saya sudah jadi sarang kutu! Ihhh…jijik deh! Belakangan saya tau, kalau kutu itu sengaja ditaro di rambut saya sama Ani, yang duduk di belakang saya. Dan sumbernya tak lain dan tak bukan adalah Cici, si pemelihara kutu!

Arrrrgghhh…saya sedih dan kecewa. Mungkin ini yang namanya karma. Dulu saya dipuja2, karena saya arogan, sekarang saya sama sekali tak berharga.
Saya sering duduk sendiri dan bersedih.
Karena di sekolah saya tidak punya teman, saya jadi sering cerita sama Abang saya di rumah.
Abang saya yang masih kecil itu bilang, “ biarin aja mereka gak mau temenan ama adek. Adek tunjukkin ke mereka bahwa adek itu pinter dan baik. Adek harus ramah sama mereka, meskipun mereka nyuekin adek. Gak usah musingin mereka, adek harus keliatan gembira terus! Masih banyak kok yang mau temenan sama Adek! Adek harus pede donk!”

kakak adik yang romantis

Ahh….abangku yang baru luus SD. Aku masih inget lho wejanganmu, meskipun aku tau kamu pasti udah lupain semua itu. Karena wejanganmu itu sangat nempel di otakku!
Akhirnya saya pun duduk di kursi dan berfikir…berfikir…berfikir…
Saya pun memutuskan untuk tidak berpusat hanya pada satu kelompok saja. Saya mulai melihat orang2 lain yang meskipun bukan dari kelompok popular, mereka cukup menyenangkan untuk dijadikan teman. Saya mulai membuka diri lagi, dan menemukan kepercayaan diri saya kembali. Meskipun saya kadang masih dijahili, saya tetap bersikap baik dan ramah pada mereka. Dan sepertinya mereka malu sendiri dengan sikap saya. Lama-lama, mereka pun melunak, dan memutuskan bahwa saya pun bisa jadi orang yang menyenangkan, kalo kepepet...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar